With(out) You - Angin Berarah
Angin mampir menampar keras-keras. Hembusan ditepis gelondongan bambu yang tegak berdiri, menjunjung tinggi angkasa raya. Rumbai daunnya, berjatuhan ada kalanya. Kurangnya satu saja, maka genap sudah jumlahnya.
Meredup lentera terang. Tenggelam hinggap dikeloni sepanjang garis cakrawala. Adakalanya cahayanya mencuat menyeruak menyebar asa yang tersisa ke penjuru langit sana. Membuat senja di timur.
Karena di timur, bukanlah tempat senja bersemayam riang memandang penikmat fourtwnty. Karena di timur, adalah tempat terangkatnya lentera terang yang baru saja dihidupkan.
Kali ini berbeda. Senja itu meracuni awan yang hinggap di langit-langit. Jingga ronanya. Ke sanalah aku menghadap, saat ini, di tempat yang sama saat tonggeret itu bersuara kemarin malam.
Tidak tahu harus mendengarkan nyanyian seperti apa yang menggambarkan hubungan tanpa komunikasi disertai sensasi bertepuk sebelah tangan. Tak ada lagu yang dapat mewakili. Perasaan yang terus bergejolak, menggerogoti mempertanyakan solusi.
Aku tak bisa menyalahkanmu. Karena tahu kamu tak mengerti apa-apa, tentang semua ini, tentang cinta. Namun bukankah kamu sering menonton dan membaca cerita fiksi romansa. Mungkin tak sama, tapi mereka juga menceritakan cinta manusia, dan ditulis pula oleh manusia. Agaknya itu bisa jadi referensi, hanya saran, maaf.
Apakah aku memang memiliki? Sedang kamu masihlah gadis yang belum dipinang sesiapapun. Bukankah aku tak berhak setitikpun memintamu? Atau tidak? Apakah aku berhak meminta walau hanya satu hal saja? Tolong mengertilah, berusahalah, lelaki bau kencur yang 17 tahun lalu baru lahir ini.
Iya aku tahu Doctor, cinta itu tak perlu berbalas. Iya aku seperti orang eksploitatif yang terus berharap dibalas cintanya. Meski ya sudah dibalas juga. Tapi, ah sudahlah. Aku tahu ini hanya perlu waktu, dan akupun akan membantumu untuk mengenal cinta. Cinta yang bukan dari cerita atau novel romansa. Real love that full of philosophia.
0 comments