With(out) You - Angan-Angan Angin Malam
Selalu saja, angin malam menenangkan kecemasan hati. Berhembus berasa dan bersuara begitu saja. Diiringi tonggeret berderik keras. Ia jantan, sedang mencari betina untuk dikawini. Ia bersaing dengan jantan lainnya, mencari siapa yang lebih pandai bernyanyi. Jika seekor betina tertarik maka ia akan menghampiri dan mulai kawin. Berbeda dengan manusia yang menginginkan kesetiaan, tonggeret betina akan mati begitu ia meninggalkan telur-telur berisi nimfa calon tonggeret generasi berikutnya. Begitupun si jantan yang bersemangat untuk terus menyanyi selama sisa hidupnya yang hanya dua pekan. Telur-telur itu menetas setelah waktu yang cukup lama, sangat lama. Tujuh belas tahun agaknya ia perlu masa. Hingga menjadi tonggeret dewasa yang hanya hidup 2 pekan tadi, makan, bernyanyi, kawin dan mati.
Merenungkan kehidupan tonggeret yang jika manusia di posisi itu bisa dibilang mengenaskan. Mereka bangun dari inkubasi hanya untuk bercinta namun seperti hewan lainnya, mereka tak memakai cinta.
Aku duduk di pelataran, tempat berlantai dingin yang jadi penghubung lara. Ia dan suara tonggeret itu menjadi orkestra pada malam suntuk tatkala dilema. Ah betapa, mengapa aku hanya bisa berangan dengan duduk bersila. Memandang rembulan penuh yang putih memancarkan cahaya. Menembus gulita malam, hingga lingkaran pelangi tercipta.
Mendengarkan nyanyian-nyanyian penyanyi pria. Yang bercerita, tentang ia dan kisah cintanya. Berpisah dengan dia yang ada di sana. Berpisah dalam jarak. Ada yang merasakan rindu tak dapat bertemu, lantas bersua di jogja, karena tahu ada sesuatu di sana. Ada yang curiga karena melihatnya berbalas pesan di sosial media.
Aku tersenyum-senyum saat mendengarnya. Tak ada merasa ikut rindu jikalau begitu. Karena aku justru mau, terjebak dalam jarak yang jauh bersamamu. Mengikat tali kasih, mengulur dan bawa menjauh. Indah. Celengan rindu itu akan selalu aku isi. Sebanyak yang aku bisa, dan kita pecahkan bersama di Tasikmalaya.
Namun, dalam senyum itu aku bimbang. Betapa aku tahu bahwa keinginan tuk mencintai dari jauh adalah untuk menghindari kontak mata. Kontak mata tanpa berbicara, kontak mata seakan tak saling mencintai, bahkan tak saling mengenali. Sedang aku tahu hanya perlu menyapa, memberi salam atau sekadar berkata 'hai'. Namun aku selalu kalah oleh 'hai' yang lebih keras. Mungkin ini rasanya menjadi tonggeret jantan yang tak lama lagi tiada sedang ia tak dapat-dapat jodohnya. Baru saja ia hampir dapatkan seekor betina, namun harus mengaku kalah oleh jantan lainnya yang lebih bisa bersuara.
Aku lebih baik mati saat itu juga jika aku adalah jantan cemburuan itu. Betapa merusaknya cemburu menggerogoti hati dari dalam. Menghitam ia menghitam, membusuk. Membawa kelam pada alam pikir, membawa kejam pada niat tindak. Tapi malam dapat menderu kejam yang kelam. Jauh-jauh, sehingga aku, dalam cemburuku bisa terus berangan seakan kita berjauhan. Long Distance Relationship istilahnya.
0 comments